Polres Kudus Ajak Mahasiswa Jadi Penjaga Demokrasi Yang Santun Dan Beradab

KUDUS,BIZZNETLINK.COM — Sebagai langkah strategis membangun dialog yang sehat antara aparat keamanan dan kalangan intelektual muda, Polres Kudus menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema "Peran Mahasiswa dalam Demokrasi dan Penyampaian Pendapat di Muka Umum" pada Kamis (7/8/2025). 
Kegiatan yang berlangsung di Hall Hotel @Hom Kudus ini dihadiri sekitar 170 peserta dari unsur mahasiswa, akademisi, legislatif, serta pejabat utama Polres Kudus.

FGD tersebut menghadirkan tiga narasumber utama yakni Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kabupaten Kudus / mantan aktivis, Kholid Mawardi, Ketua KPUD Kudus yang juga mantan aktivis, Ahmad Amir Faishol, dan akademisi / Dosen Yusuf Istanto. 

Berbagai organisasi kemahasiswaan tampak antusias mengikuti forum ini, di antaranya PMII, HMI, IMM, GMNI, serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari UMK, UMKU, UIN Kudus, dan ITEKES.
Diskusi dipandu oleh moderator Sururi Mudjib dan dibuka langsung oleh Kapolres Kudus AKBP Heru Dwi Purnomo.
*Kapolres Kudus : Aspirasi Harus Disampaikan Cerdas dan Beretika*

Dalam sambutannya, Kapolres Kudus AKBP Heru Dwi Purnomo menekankan bahwa mahasiswa memiliki rekam jejak historis sebagai motor penggerak perubahan sosial dan politik di Indonesia. Dari masa perjuangan kemerdekaan hingga reformasi, mahasiswa senantiasa tampil sebagai garda depan dalam menjaga idealisme bangsa.

“Namun di tengah era demokrasi saat ini, penyampaian aspirasi harus dilakukan secara cerdas, santun, dan dalam koridor hukum. Kita ingin suara mahasiswa didengar, tetapi tanpa menimbulkan gesekan atau gangguan ketertiban umum,” ujarnya.
Kapolres menegaskan bahwa FGD ini menjadi ruang terbuka untuk membangun komunikasi yang sejajar antara aparat keamanan dan kalangan intelektual muda. Ia berharap forum ini bisa mempererat sinergi antara kepolisian dan mahasiswa demi terwujudnya kehidupan demokratis yang sehat dan konstruktif.
*Kholid Mawardi: Mahasiswa Harus Kembali Menjadi Penggerak*

Anggota DPRD Kudus / mantan aktivis, Kholid Mawardi, dalam paparannya mengajak mahasiswa untuk kembali menghidupkan semangat pergerakan dan menjadi pelopor perubahan. Menurutnya, pasca-reformasi, gerakan mahasiswa cenderung mengalami stagnasi dan kehilangan arah.
“Kami mengapresiasi Polres Kudus yang telah memfasilitasi forum ini. Di tengah perubahan di tubuh kepolisian yang makin terbuka dan humanis, mahasiswa harus kembali aktif berada di tengah masyarakat. Jangan sampai kalah semangat dengan aktivis senior,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa berorganisasi bukan sekadar aktivitas kampus, melainkan proses pembentukan karakter dan kepemimpinan masa depan.

*Amir Faishol: Mahasiswa Adalah Pilar Demokrasi*

Senada dengan itu, Ketua KPUD Kudus/mantan aktivis, Ahmad Amir Faishol menggarisbawahi pentingnya peran mahasiswa sebagai pengawal demokrasi. Ia merinci peran strategis mahasiswa dalam kehidupan politik, antara lain sebagai agen perubahan, pendidik politik masyarakat, pengawas pemilu, dan penjaga kedaulatan rakyat.

“Mahasiswa harus menjadi penyambung lidah rakyat, namun juga harus menjaga netralitas dan menyuarakan aspirasi secara cerdas. Demokrasi tanpa kontrol publik akan kehilangan arah,” katanya.

Ia mendorong mahasiswa untuk terus kritis terhadap kebijakan publik, namun tetap menjunjung etika dan stabilitas sosial di tengah masyarakat.

*Akademisi: Sampaikan Pendapat Tanpa Kekerasan*

Menutup sesi narasi, akademisi Yusuf Istanto menegaskan bahwa menyampaikan pendapat merupakan hak konstitusional, namun tetap memiliki batas agar tidak melanggar hak orang lain. Ia juga mengingatkan pentingnya literasi informasi agar mahasiswa tidak mudah terprovokasi oleh hoaks atau opini sesat di ruang digital.
“Bahasa humanis jauh lebih kuat dari tindakan anarkis. Mahasiswa harus menjadi teladan dalam menyampaikan pendapat yang bijak, elegan, dan berdasarkan data,” tutur Yusuf.

Ia juga mengingatkan bahwa setiap rencana aksi damai sebaiknya disampaikan kepada kepolisian setidaknya tiga hari sebelumnya agar pengamanan dapat dilakukan secara terukur dan tidak menimbulkan gesekan.

*Jembatan Komunikasi Mahasiswa-Polri*

FGD ini menjadi titik temu penting antara pemikiran kritis mahasiswa dan upaya kepolisian menjaga ketertiban masyarakat. Seluruh pihak sepakat bahwa kebebasan berekspresi adalah bagian dari demokrasi, namun harus dijalankan dengan kesadaran hukum dan semangat kebersamaan.

“Kami percaya, sinergi antara kepolisian dan mahasiswa adalah modal sosial penting untuk mewujudkan Kudus yang aman, damai, dan demokratis,” pungkas Kapolres.(YONO/EKO)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak