YOGYAKARTA,BIZZNETLINK.COM - Tanggal 19-22 Mei 2025 menjadi tonggak bersejarah bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPGRIS, FE UNJ dan FE UPY yang mengadakan kegiatan untuk pertama kali dalam sejarah, kegiatan International Community Service (ICS) diselenggarakan di Yogyakarta terpilih sebagai tuan rumah perdana. Kegiatan ini diikuti oleh 36 universitas di Indonesia dan luar negeri.
Kegiatan International Community Service Yogyakarta 2025
ICS 2025 tidak hanya menjadi ajang pengabdian lintas negara, tetapi juga sebagai wadah untuk memperkuat peran generasi muda dalam pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini diikuti oleh salah satu tim yang terdiri dari Dinar Krismaretya, Heni Septa Sari, Novia Putri Nabila, Rosalia Gita Ariani, dan dosen pendamping Shofif S Akbar, S.E., M.M. Salah satu lokasi utama yang dikunjungi dalam kegiatan ini adalah Kampung Batik Giriloyo, yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.
Kampung Batik Giriloyo dikenal sebagai sentra batik tulis klasik tertua di Yogyakarta yang masih bertahan dan aktif hingga kini. Para peserta ICS terlibat langsung dan berdiskusi dengan pengelola maupun pengrajin lokal, serta mengidentifikasi tantangan transformasi digital yang dihadapi oleh pelaku UMKM batik.
Dari hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa pemasaran digital melalui aplikasi populer belum banyak dilakukan, karena adanya kekhawatiran mengenai persepsi kualitas dan kepercayaan konsumen. Namun,para pengrajin memiliki semangat besar untuk belajar dan beradaptasi agar tidak tertinggal di era digital.
Ibu Khibtiyah, selaku Koordinator Layanan Sosial Kampung Batik Giriloyo mengungkapkan terkait dengan tantangan digital yang saat ini sedang mereka hadapi.
“Sampai saat ini belum ada yang memasarkan produknya lewat aplikasi seperti Shopee atau TikTok Shop. Bukan karena tidak mau, tapi karena ada ke khawatiran akan kualitas dari produk batik tulis. Kita juga masih ragu dengan tingkat kepercayaan dari konsumen. Tapi di sisi lain, kita juga berkeinginan untuk belajar dan berkembang. Semoga ada cara berkelanjutan agar kita bisa ikut masuk ke dunia digital tanpa kehilangan identitas budaya," ujarnya
Pustaka Desa Wukirsari
Tak jauh dari sentra batik tersebut, peserta juga mengunjungi Pustaka Desa Wukirsari, sebuah ruang literasi alternatif yang digagas oleh warga untuk meningkatkan minat baca anak dan remaja. Di sini, mahasiswa dari berbagai latar budaya diajak berdiskusi tentang pentingnya pendidikan berbasis komunitas dan bagaimana pustaka desa berperan dalam membangun karakter generasi muda pedesaan.
Selain Giriloyo dan Wukirsari, peserta ICS 2025 juga menyambangi berbagai sentra yang memiliki potensi budaya dan ekonomi lokal, mulai dari desa wisata hingga UMKM berbasis kerajinan. ICS 2025 bukan hanya soal pertukaran ilmu dan budaya, tetapi juga menciptakan jejaring kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan komunitas lokal. Kegiatan ini membuktikan bahwa pengabdian internasional bisa dimulai dari desa, dari ruang-ruang kecil yang penuh makna. Yogyakarta bukan hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga tempat menanam benih perubahan global dari akar lokal.(EKO)
Tags
Pendidikan