Cengbengan Gus Dur Jalan Merawat Keberagaman Dan Toleransi Yang Terus Digaungkan Boen Hian Tong

SEMARANG,BIZZNETLINK.COM – Perkumpulan Sosial dan Budaya Boen Hian Tong (BHT) alias Rasa Dharma kembali menggelar acara Cengbengan Gus Dur. Gelaran acara Ceng Beng Gus Dur 2025 yang diinisiasi Boen Hian Tong ini berlangsung Sabtu – Minggu (31 Mei  1 Juni 2025). 
Rombongan Cengbengan Gus Dur 2024 yang diberangkatkan dari Markas Boen Hian Tong, Gang Pinggir 3,  Kranggan , Semarang yang dikomandani langsung oleh Ketua BHT Harjanto Halim ini diikuti puluhan orang dengan menggunakan transportasi bus. Sebelum berangkat diadakan ritual sembahyangan yang dipimpin WS Indriani Hadisumarto alias WS Ling Ling.
Pesertanya tak hanya pengurus dari BHT, tetapi juga ada para tokoh lintas agama, Gusdurian, masyarakat umum yang berasal dari berbagai kota, bahkan ada yang dari China.
Menariknya rombongan Cengbengan juga membawa  Sinci Gus Dur yang biasanya diletakkan di altar utama Boen Hian Tong untuk didoakan bersama di makam Gus Dur yang berada di Komplek Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
Ketua Perkumpulan Sosial dan Budaya Boen Hian Tong Harjanto Halim didampingi Ketua Panitia Asrida Ulinuha mengatakan, perjalanan spiritual. 
Cengbengan Gus Dur ini bertujuan untuk memupuk dan mewarisi nilai-nilai luhur teladan bapak Tionghoa Indonesia.
“KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur merupakan Presiden ke -4 Republik Indonesia. Gus Dur merupakan guru bangsa pendukung minoritas. Tokoh yang sangat dihargai dan dihormati bukan hanya oleh orang Tionghoa tetapi oleh selurih bangsa Indonesia, ” terangnya.
Harjanto berharap tradisi Cengbengan Gus Dur yang dirintis Boen Hian Tong ke depan akan terus berlangsung tiap tahun dan diikuti oleh makin banyak orang. Pasalnya, lanjut Harjanto, Cengbengan ini bertujuan yang baik untuk merawat toleransi dan keberagaman yang diajarkan Gus Dur. Harapannya tradisi Cengbengan bisa bertumbuhkembang dan terus berjalan tiap tahun.
Asrida Ulinuha yang karib disapa Ulin menambahkan, Cengbengan Gus Dur ini tak hanya perjalanan ziarah spiritual tetapi juga laku ziarah kebangsaan. “Gus Dur merupakan bapak bangsa yang kiprahnya patut kita teladani. Kita harus mengikuti dan meneruskan kiprahnya untuk terus menyuarakan keberagaman dan toleransi,” ujar Ulin.

Ritual di Monumen Gus Dur
Sesampai rombongan Ceng Beng Gus Dur 2025 di Terminal Kompleks Pesantren Tebu Ireng, Diwek, Jombang yang lokasinya tak jauh dari Museum Islam Indonesia K.H.Hasyim Asy’ari diadakan ritual. 

Sinci Gus Dur diarak dengan iringan musik dengan didahului tim pasukan sapu jagad  yang menjadi cucuk lampah yang membersihkan jalan yang akan dilewati Sinci Gus Dur. 

Setelah memutari monumen Gus Dur dilakukan sembahyangan Sinci Gus Dur dengan ditandu dan rombongan kirab kembali bergerak menuju pemakamam di Kompleks Ponpes Tebu Ireng. 

Sesampainya di Kompleks Pemakaman rombongan disambut oleh pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Gus Riza Yusuf. Di depan makam Gus Dur para tokoh lintas agama doa bersama secara bergantian berlangsung penuh hikmat. Seusai acara ziarah rombongan melanjutkan kegiatan kunjungan ke Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari. Di sini rombongan dipandu untuk melihat koleksi museum salah satunya ke ruang Gus Dur yang ternyata ada koleksi Barongsai. Ruang Gus Dur berisi artefak dan kisah perjalanan hidup Gus Dur.

Menurut pemandu Barongsai ini merupakan Barongsai yang dimainkan pertama kali setelah diberlakukannya Ketetapan MPR No. VI/MPR/2000.  Koleksi Barongsai ini didapatkan dari salah satu kelenteng di Malang, Jawa Timur.

Perlu diketahui, Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 1918 ini berisi berbagai koleksi artefak sejarah perkembangan Islam di Indonesia dari periode awal kemunculannya di Nusantara hingga masa kini.

Ide pendirian MINHA digagas oleh Gus Sholah, adik mendiang Gus Dur. Beliau tergugah oleh banyaknya pengunjung yang datang untuk berziarah ke makam Gus Dur. Museum yang bertujuan untuk menyajikan informasi terkait dengan Sejarah perkembangan agama Islam di Indonesia dan kontribusinya terhadap bangsa Indonesia.

Setelah selesai kunjungan ke Museum Islam Indonesia rombongan menuju Pesantren Tebu Ireng memenuhi undangan pengasuh Pondok Pesantren Gus Riza. Di Ponpes Tebu Ireng rombongan diterima Gus Riza dan Gus Kikin. Gus Riza (Yusuf Hasyim) adalah salah satu tokoh penting dalam keluarga besar Pesantren Tebuireng Jombang. Ia adalah cucu dari pendiri NU, KH. Hasyim Asy'ari. 

Gus Riza sendiri dikenal sebagai seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang aktif di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan sosial. Sedangkan Gus Kikin adalah putra dari KH. Mahfudz Anwar dan Nyai Hj. Abidah Ma'shum. KH. Mahfudz Anwar adalah seorang kiai pakar falak kenamaan. 

sementara Nyai Abidah Ma'shum adalah Hakim Perempuan Pertama di Indonesia. Gus Kikin Hb nikjuga merupakan cicit dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Muhammad Hasyim Asy'ari. Perbincangan sore itu yang tema utamanya Gus Dur berlangsung dengan hangat dan gayeng. Setelah berpamitan rombongan melanjutkan perjalanan ke Klenteng TITD Hong San Kiong, Gudo, Jombang.(YONO/EKO)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak